Jumat, 09 Oktober 2009

Pura Agung Jagatnatha Buleleng

Kendatipun lingkungan Pura Agung Jagatnatha ini relatif baru, akan tetapi karena berdiri megah ditengah-tengah kota, lingkungan pura ini cepat menaeik wisatawan. Di saat odalan dan waktu bulan Purnama serta bulan mati (Tilem) bisa disaksikkan umat Hindu termasuk anak-anak sekolah datang ke lingkungan Pura ini untuk bersembahyang dengan destar putih, baju putih dan selendang (saput) kuning untuk kaum pria, sedangkan kaum wanita menggunakan baju kuning atau putih dan selendang kuning atau putih. Pemandangan seperti ini sangat menarik karena di tengah-tengah kehidupan kota umat Hindu tidak pernah melupakan kewajibannya untuk bersembahyang. Suasana kota, lalu lintas, kebisingan, tidak mengurangi kekhusukkan umat Hindu di dalam melakukan persembahyangan. Candi Bentar, Padmasana yang menjulang tinggi sebagai lambang kemajuan teknologi di abad satelit ini, tidak mengurangi keagungan Padmasana sebagai Singgasana Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Lokasi Lingkungan Pura Agung Jagatnatha terletak di bekas Lapangan Kolonel Wisnu, di tengah-tengah kota,di muka Mapolres Singaraja, di Jalan Pramuka Singaraja. Fasilitas Terdapat fasilitas parkir di depan lingkungan Pura dan sebelah Selatan lingkungan Pura. Di saat odalan karena banyaknya pengunjung tempat parkir ini tidak cukup untuk menampung semua kendaraan sehingga untuk sementara dipergunakan jalan umum untuk tempat parkir sementara. Deskripsi Penduduk Singaraja bersifat heterogen. Terdapat pemeluk semua agama dan yang terbesar adalah pemeluk agama Hindu. Dari pemeluk agama Hindu ini sebagian pula berasal dari daerah-daerah lain di Bali yang menetap atau tinggal di Singaraja baik karena pekerjaannya atau yang sedang mengikuti pendidikan. Umat Hindu yang berasal dari luar kota Singaraja di saat-saat harus pulang ke kampung halamannya untuk melakukan persembahyangan sesuai dengan kepercayaannya. Tidak jarang pula mereka tidak bisa pulang karena biaya, waktu yang tidak cukup dan lain sebagainya sehingga niat untuk melakukan persembahyangan tidak terkabul. Bertitik tolak dari kondisi ini timbul gagasan dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng pada waktu itu (Drs. I Ketut Ginantra) untuk membangun Pura di kota Singaraja sebagai satu tempat suci bagi semua umat Hindu di Buleleng umumnya dan di kota Singaraja khususnya untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Peletakan batu pertama ini dalam suatu upacara dilaksanakan pada tanggal 9 April 1990 dan upacara “Ngenteg Linggih” dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tulis KOmentar anda, Kritik & saran selalu saya terima: